CARD SORTING
   Menurut Barrett dan Edwards (1996) card sorting adalah metode/teknik yang baik untuk pengumpulan   informasi   (knowledge   elicitation), dan   telah   digunakan   secara   luas dalam berbagai bidang ilmu seperti psikologi, Knowledge Engineering, Software Engineering dan Web Site Design. Dalam teknik pengumpulan persyaratan, metode card sorting merupakan metode yang  baik  dalam  pengumpulan  persyaratan  (Maiden  &  Rugg,  1996 Selain  merupakan  teknik yang  baik  dalam  proses  pengumpulan  informasi  dan  klasifikasi,  metode  card  sorting  juga merupakan  metode  yang  dapat  digunakan  untuk  mengetahui  pola  pikir  pengguna  (Nielsen  & Sano, 1995). 
   Setelah   pengumpulan   dan   klasifikasi   data,   metode   card   sorting   dapat   pula   di implemetasikan dalam pengurutan informasi secara terstruktur dalam bagian-bagian yang lebih spesifik  (Cavusoglu  et  al., sehingga  sangat  membantu  dalam  mengelola  bagian-bagian informasi atau konsep sebuah aplikasi (Faiks & Hyland, 2000).
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Paul Eccleson dan Christoph Jakfeld (1992 metode card sorting digunakan untuk merancang sebuah sistem manajemen informasi yang mampu melakukan pelayanan langsung terhadap konsumen. Card sorting digunakan dalam pembuatan basis pengetahuan tim manajemen pemesanan di Computer Peripheral Bristol (CPB).
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Paul Eccleson dan Christoph Jakfeld (1992 metode card sorting digunakan untuk merancang sebuah sistem manajemen informasi yang mampu melakukan pelayanan langsung terhadap konsumen. Card sorting digunakan dalam pembuatan basis pengetahuan tim manajemen pemesanan di Computer Peripheral Bristol (CPB).
LADDERING
   Analisis laddering baru dapat dimulai setelah penulis melakukan wawancara dengan responden menggunakan metode laddering. Wawancara dengan menggunakan metode Laddering akan menghasilkan attributes, consequences, dan values (A-C-V) dari para responden. Analisis laddering adalah proses merubah A-C-V menjadi informasi yang dapat diinterpretasikan melalui pembuatan implicit matrix dan hierarchical value map seperti yang akan dijelaskan di bawah ini.
Laddering dapat didefinisikan sebagai sebuah teknik wawancara yang mendalam antara seorang pewawancara dengan seorang responden (one on one) untuk membangun sebuah pemahaman tentang bagaimana konsumen mengartikan atribut dari sebuah produk menjadi suatu asosiasi yang berarti terhadap dirinya.
Laddering dapat didefinisikan sebagai sebuah teknik wawancara yang mendalam antara seorang pewawancara dengan seorang responden (one on one) untuk membangun sebuah pemahaman tentang bagaimana konsumen mengartikan atribut dari sebuah produk menjadi suatu asosiasi yang berarti terhadap dirinya.
     Langkah – Langkah dalam Metode Laddering
Metode laddering terdiri atas beberapa langkah, dimana keseluruhan langkah tersebut penting untuk menentukan orientasi persepsi dominan (dominant perceptual orientations) dari para konsumen. Secara umum, langkah – langkah tersebut terdiri atas:
1. Mengumpulkan attributes, consequences, values
2. Membuat implication matrix
3. Menyusun hierarchical value map (HVM)
4. Membuat summary of direct and indirect relations
5. Membuat partitions of chains
6. Membuat final ladder frequencies, dan menerjemahkan hasilnya
Metode laddering terdiri atas beberapa langkah, dimana keseluruhan langkah tersebut penting untuk menentukan orientasi persepsi dominan (dominant perceptual orientations) dari para konsumen. Secara umum, langkah – langkah tersebut terdiri atas:
1. Mengumpulkan attributes, consequences, values
2. Membuat implication matrix
3. Menyusun hierarchical value map (HVM)
4. Membuat summary of direct and indirect relations
5. Membuat partitions of chains
6. Membuat final ladder frequencies, dan menerjemahkan hasilnya


Tidak ada komentar:
Posting Komentar